Ekspor Salak Tetap Stabil Di Tengah Pandemi Covid-19

Dilihat 1888 kali
Proses sortir salak ekspor di Kaliurang Srumbung Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Para petani salak Nglumut di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang tetap bertahan di antara bencana Merapi dan pandemi Covid-19. 

Para petani salak organik Merapi itu berada dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngudi Luhur.


Ketua Gapoktan Ngudi Luhur Kaliurang, Agus Pawiro mengatakan terdapat lima kelompok tani yang tergabung dalam organisasi tersebut. Pasca ekspor salak ke Cina dihentikan pada 2019, pihaknya masih mengirim salak ke berbagai negara seperti Malaysia, Australia, New Zealand, Kamboja dan Jerman. Untuk negeri matahari terbit itu permintaan pengiriman salak organik minimal 1 ton per hari atau sekitar 30 ton per bulannya. 


Saat ini, lanjut Agus, dari 500 anggota kelompok tani secara rutin mengirim salak organik ke Thailand dengan kapasitas 350 koli (3.150kg) atau 4 ton/ minggu.


"Ke Cina dari 2009 hanya sampai 2019 kemudian tutup. Apalagi saat Imlek pengiriman bisa lima ton per hari," kata Agus dalam pekan ini.


Berkat ketekunan, Gapoktan ini telah memiliki sebuah gedung produksi pengemasan Packing House. Setelah dipanen, di tempat ini proses penyortiran dan pembersihan buah salak segar dilakukan setiap hari. 


Berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III erupsi Gunung Merapi, ribuan hektar lahan pertanian salak lumut terhampar di wilayah ini. Meski Gunung Merapi berstatus Siaga, aktivitas produksi dan pasokan salak lumut organik tetap stabil. 


"Luas lahan yang terregister organik 128 titik dengan jumlah petani 500 orang, total produksi 60 ton per bulannya," jelas Agus.


Dengan ekspor itu, lanjutnya, mampu meningkatkan kesejahteraan para petani. Agus mencontohkan salak kualitas ekspor harga beli ke petani relatif stabil yakni Rp8.000-10.000/kg. Harga itu lebih tinggi dibanding harga pasar lokal yang fluktuatif antara Rp3.500-5.000/kg.


Meski demikian, Agus mengaku diperlukan semangat dan kerja keras untuk bertahan di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Pengiriman sempat merosot 50 persen yang semula 800 ton per tahun. Sekarang 300-400 ton/ tahun. Selain ekspor ke luar negeri, Gapoktan Ngudi Luhur juga melayani pasokan ke sejumlah toko swalayan dalam negeri.


Guna mempertahankan kualitas, proses kendali mutu salak organik Merapi ini rutin dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang. Melalui pelatihan para petani salak telah menggunakan GAP SOP, Good agricultural practies, atau standar operational procedure (SOP).


"Setiap ada keluhan dari petani ada Gerdal kita lakukan yakni Gerakan Pengendalian," ujar Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Dinas Pertanian dan Pangan, Ade Sri Kuncoro.


Ade menuturkan, unsur hara tanah di lereng Gunung Merapi sangat mendukung proses produktivitas tanaman salak. Sebaran abu vulkanik dari erupsi Merapi pada lain waktu secara alami akan menjadi pupuk organik yang menyuburkan tanah.


Ia mengingatkan agar para petani selalu menjaga umur tanaman, pasokan air, pupuk, dan kebersihan lahan agar terhindar dari serangan hama. Tanaman salak akan berkurang hasilnya jika sudah berumur tua, terserang lalat buah, dan kawanan tikus maupun yang lain.


“Dalam mempertahankan kualitas, petugas penyuluh lapangan juga terus melakukan upaya riset dan inovasi agar buah salak menjadi lebih besar dan tandan lebih banyak,” imbuhnya.


Selain itu, para petani juga dibantu fasilitas pendukung, seperti timbangan elektrik, dan keranjang kemas khusus pasca panen agar salak tidak rusak.


"Dengan catatan higienis, kebersihan lahan harus tetap terjaga. Kita juga turut menjaganya," tegas Ade.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar