Getuk Bakar "Tuk Bar" Oleh-Oleh Khas Borobudur

Dilihat 1536 kali
Rini Wijayanti sedang membakar getuk hasil produksinya yang diberi nama "Tuk Bar"

BERITAMAGELANG.ID -- Berangkat dari rasa prihatin tidak memiliki oleh-oleh yang khas, Rini Wijayanti (38) warga Dusun Sodongan, Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur berkreasi membuat getuk bakar. Namanya saja getuk bakar, maka untuk menikmatinya harus di bakar lebih dahulu. Rini bahkan sudah membuat merek untuk getuk hasil kreasinya, yaitu "Tuk Bar" atau getuk bakar.

Tuk Bar diharapkan oleh Rini bisa menjadi oleh-oleh khas dari Borobudur yang notabene merupakan kawasan wisata bertaraf internasional. "Saya prihatin karena selama ini tidak ada makanan yang khas dari Borobudur untuk dijadikan oleh-oleh. Jadi saya mencoba untuk membuat getuk namun yang berbeda dengan getuk lainnya, yaitu getuk bakar," urainya.

Apalagi, ia melihat begitu melimpahnya bahan dasar untuk membuat getuk yakni ketela pohon di kawasan Borobudur. Ketela asal Borobudur juga dikenal sangat 'mempur' dan enak. Memanfaatkan potensi alam inilah, terbersit ide membuat getuk bakar. Usaha ini sudah ditekuni sejak akhir tahun 2019 lalu. Untuk membuat getuk bakar dengan rasa yang pas, ia melakukan ujicoba sampai berulang-ulang. Bisa dikatakan ujicoba membuat getuk bakar memakan waktu selama tiga bulan. "Misal memperoduksi beberapa getuk di hari yang sama. Namun hasilnya kadang tidak sama, ada yang bisa awet ada yang tidak. Dari sini saya mencari apa kekurangan dan kelebihan. Hingga akhirnya menemukan cara dan rasa yang pas,"ungkapnya.


Ibu dua orang putri ini mengaku, sudah paham dasar-dasarnya membuat getuk. Namun ia ingin membuat getuk yang lain daripada yang lain. Dari sini pula, ia menyadari, bahwa membuat makanan dengan hasil baik, ternyata harus mengikuti SOP. "Dari jenis ketela, campuran gula dan lain sebagainya. Semua benar-benar harus dihitung. Saya otak atik sendiri, akhirnya ketemulah getuk yang bisa dibakar," kata Rini yang juga bekerja sebagai pendamping UMKM pada Disperindagkop Kabupaten Magelang.

Untuk proses produksinya, awal mula ketela yang sudah di kukus di tumbuk untuk memudahkan menghilangkan 'sontlot'nya. Setelah itu baru digiling menggunakan mesin. Untuk menggiling juga dilakukan berkali-kali sambil di beri adonan bumbu. Tuk Bar menjadi istimewa kala diberi aneka toping. Dibentuk kotak kecil-kecil, getuk yang sudah dibakar menggunakan teflon kemudian diberi toping tiramizu, coklat, kacang, keju dan lain sebagainya.

Rini mengaku belum banyak memproduksi getuk bakar. Namun setiap hari ia pasti memproduksi kemudian di simpan di freezer. "Ini untuk memudahkan yang pesan secara online," katanya.

Iapun telah memiliki 6 resseler dari seputaran Magelang. Sehingga untuk penjualan tidak menemui kendala berarti. Bahkan ada orang Jawa Timur yang ingin menjadi mitra. Pada hari Minggu, ia juga berjualan di sanmor UGM Yogjakarta, sehigga Tuk Bar lebih di kenal dari kalangan luar kota.

Selain Tuk Bar, makanan lain yang diproduksi adalah donat, pastel, growol dan sentiling. Semuanya berbahan dasar ketela. "Saya ingin eksis di ketela," katanya.

Menurut Rini, varian Tuk Bar dan donat paling banyak di gemari dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Bahkan untuk Tuk Bar, banyak yang pesan untuk dibakar di tempat dalam suatu acara. Misal pernikahan, arisan, pertemuan komunitas dan semacamnya. "Kita sudah ada booth, jadi tiggal membawa. Justru banyak yang suka seperti ini," katanya.

Ia juga sudah menjalin kerjasama dengan berbagai komunitas wisata di seputar Borobudur, seperti VW. Sehingga komunitas ini bisa membawa tamu untuk datang dan melihat proses pembuatan Tuk Bar.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar