Sebagaimana diketahui sektor pariwisata sampai saat ini masih menjadi sektor andalan untuk mendongkrak devisa negara. Dalam dinamika perjalanan waktu, pasca pandemi sektor pariwisata mengalami perkembangan sangat signifikan, baik korelasinya dengan pelayanan, infrastruktur, kemasan destinasi wisata, maupun kumulatif wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke daerah destinasi wisata.
Dari berbagai penelitian menegaskan, minat wisatawan terhadap cultural immersion atau pengalaman budaya yang mendalam diprediksi akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Fenomena yang berkembang tersebut merefleksikan atensi wisatawan untuk mendapatkan pengalaman mendalam dan otentik dengan kultur lokal saat melakukan kunjungan wisata.
Destinasi wisata yang memiliki keunikan kultur lokal cenderung lebih menarik bagi wisatawan karena memberikan nilai otentik dan pengalaman berbeda dari tempat lain yang pernah dikunjungi. Selain sebagai daya tarik utama, budaya lokal juga berperan dalam membangun identitas suatu destinasi.
Wisatawan cenderung lebih tertarik untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki warisan budaya yang kaya dan dapat memberikan pengalaman mendalam. Faktor budaya ini juga seringkali menjadi dasar dalam strategi pemasaran destinasi wisata, karena elemen budaya dapat menciptakan hubungan emosional yang kuat antara wisatawan dan destinasi yang dikunjungi (Farma Andiansyah,et.al., 2024).
Korelasi Kuat
Aspek budaya lokal yang menarik untuk destinasi wisata di antaranya adalah kesenian. Pariwisata dan kesenian memiliki korelasi kuat yang menjadikan satu sama lain saling melengkapi atau terbangun simbiosis mutualisme. Kesenian yang di dalamnya memuat seni pertunjukan, seni rupa, dan media rekam, dalam konteks industri telah menjadi atraksi atau daya tarik wisata yang penting dan menarik, khususnya dikorelasikan dengan aktivitas kegiatan wisata budaya.
Seni pertunjukan yang di dalamnya mencakup seni tari, seni musik, seni pedalangan, dan senit teater, di berbagai daerah destinasi wisata telah berkembang dan banyak dikemas untuk konsumsi wisatawan baik yang dipentaskan di gedung-gedung pertunjukan ataupun di pedesaaan dengan tempat pentas di lapangan terbuka yang sangat spesifik.
Demikian halnya seni rupa, yang di dalamnya mencakup karya-karya seni lukis, seni patung, dan seni kriya telah mampu menempatkan kekuatan daya tariknya sebagai objek seni yang memiliki nilai apresiasi sangat tinggi yang banyak digelar di galeri-galeri seni maupun sebagai cendera mata yang dibawa wisatawan setelah mengunjungi destinasi wisata.
Dalam persepektif kesenian, maka berkembangya industri pariwisata secara faktual telah mendorong tumbuhnya kreativitas pelaku seni untuk mengembangkan proses kreatif karya ciptanya sehingga mampu menarik minat wisatawan. Dalam hal ini seni pertunjukan maka kreatvitas tersebut harus mampu diwujudkan dalam karya yang menarik. Misalnya dalam seni tari, perlu dikemas koreografi menarik, atraktif, dan mampu menyajikan pesan serta cerita yang utuh bagi wisatawan dalam rentang waktu kunjungan yang terbatas.
Perkembangan sektor pariwisata yang tumbuh pesat di berbagai destinasi wisata, seperti Magelang, Yogyakarta, Bali, dan sebagainya telah mampu mendorong tumbuhnya komunitas-komunitas seni. Berbagai komunitas seni tersebut secara faktual telah mampu memberikan kontribusi besar pada perkembnagan pariwisata. Dengan kualifikasi komunitasnya, mereka dapat memberikan sajian kepada wisatawan.
Tumbuhnya sentra-sentra tersebut secara nyata telah memberikan dampak ikutan dengan meningkatnya kesejahteraan ekonomi yang cukup signifikan. Seniman dan perajin mendapatkan tambahan penghasilan dari karya-karyanya karena dinikmati oleh wisatawan. Di lain pihak, inovasi dan kreativitas produk sebagai dampak terjadinya interaksi wisatawan dan seniman juga menunjukkan elaborasi yang sangat dinamis.
Peluang dan Tantangan
Perkembangan dunia pariwisata yang cukup dinamis, tentunya akan memberikan peluang dan tantangan bagi para seniman. Peluang dan tantangan tersebut perlu disikapi agar keberlangsungannya tetap berlanjut. Apabila keberlangsungan tersebut konsisten, tentunya akan berbanding lurus dengan penghasilan yang didapatkan.
Adapun peluang-peluang yang perlu dicermati antara lain, pertama minat kunjungan. Seni pertunjukan sebagai salah satu komponen seni sangat bersentuhan erat dengan sektor pariwisata memiliki peluang yang sangat prospektif. Peluang ini dikorelasikan dengan motivasi perjalanan wisatawan internasional yang banyak dilandasi oleh minat dan keinginan kuat untuk melihat kebudayaan lokal.
Kedua, apresiasi dan minat tinggi. Meningkatnya apresiasi wisatawan terhadap seni budaya termasuk seni pertunjukan, akan mendorong perkembangan seni pertunjukan baik tradisional maupun modern dengan agenda frekuensi pementasan yang lebih tinggi. Sementara itu, minat yang tinggi wisatawan, khususnya mancanegara terhadap karya seni budaya Indonesia, terus mendorong mereka untuk selalu belajar secara intensif terhadap seni pertunjukan Indonesia.
Ketiga, penggerak utama kunjungan wisatawan. Seni pertunjukan yang dikemas representatif akan mampu berperan sebagai penggerak utama kunjungan wisatawan ke daerah destinasi wisata. Sebagai contoh Hotel Amanjiwo Borobudur sampai saat ini masih menyajikan tari klasik tradisonal dengan iringan musik karawitan langsung untuk tamu yang dominasinya wisatawan mancanegara. Repertoar yang disajikan, konsisten pada tari klasik, seperti Gambyong, Klana Topeng, Sendratari Ramayana, dan beberapa materi tari klasik lainnya. Konsistensi Hotel Amanjiwo tersebut akan dapat menambah pendapatan para seniman sekaligus mendongkrak sektor pariwisata.
Di balik peluang tersebut tentu ada aspek tantangan yang perlu dihadapi. Di antaranya seniman perlu lebih kreatif melakukan inovasi dan lebih jeli dalam mengemas seni wisata agar wisatawan tidak jenuh. Tidak jarang wisatawan terutama mancanegara, ketika datang kembali membawa rekan-rekannya berkunjung ke Indonesia menyaksikan seni pertunjukan dengan materi sama seperti ketika dilihat sebelumnya. Hal itu menandakan seniman kurang kreatif dalam melakukan inovasi.
Untuk itu para seniman perlu segera berbenah diri untuk melakukan proses kreatif yang selaras dengan konsep seni wisata. Apabila ditelisik lebih jauh seni pertunjukan dapat dikatakan berhasil apabila karya seni yang disajikan mampu merajut komunikasi dengan penonton harmoni dengan selera estetis wisatawan.
Kiranya para seniman seni pertunjukan perlu mengemas konsep seni wisata yang padat, replika aslinya, tidak sakral, digarap variatif, murah harganya, serta penyajiannya gampang dicerna. Tentunya peran semua pihak baik pemerintah, pengusaha,dan beberapa pihak yang peduli sangat dibutuhkan untuk menstimulasi peningkatan SDM seniman, seperti workshop manajemen seni dengan segala teknis operasionalnya. Langkah tersebut diperlukan karena dapat menjadi pijakan seniman menata organisasinya serta mendalami manajemen proses kreatifnya. Ekpetasinya seni pertunjukan di Indonesia diharapkan untuk mampu menjadi magnet kuat dalam membawa arus kunjungan wisatawan dunia ke Indonesia.
Penulis: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Ketua Sanggar Seni Ganggadata Desa Jogonegoro, Kec. Mertoyudan Kabupaten Magelang
0 Komentar