Sistem Among Sebagai Parameter Pendidikan

Dilihat 6994 kali
Penguasaan guru terhadap teknologi informasi perlu dilakukan dengan terus belajar sebagai komitmen bahwa belajar merupakan aktualitas personal yang terus diupayakan sepanjang hayat dengan tidak meninggalkan nilai dasar pendidikan humaniora.

Dalam proses perjalanan waktu yang sudah berlangsung dari generasi ke generasi, momentum signifikan yang diperingati setiap 2 Mei pada hari Pendidikan Nasional tak lain adalah merujuk saat kelahiran Bapak pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Peringatan tersebut bukan hanya sekadar seremonial, namun ekspetasinya dapat memberikan ruang bagi segenap bangsa Indonesia untuk merefleksikan hakikat dan upaya kolektif hari bersejarah tersebut dalam tataran praksis.


Dalam hal ini, spirit keteladanan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara sering dikenal dengan ajaran triloka. Apabila dikaji secara akuratif dalam ajaran triloka tersebut terdiri dari tiga unsur utama yang sangat elementer yaitu ing ngarsa sung tuladha (manakala di depan bisa memberi teladan), ing madya mangunkarsa (pada saat di tengah memberi bimbingan), dan tut wuri handayani (ketika di belakang memberi dorongan). Ajaran triloka yang dikenal sampai saat ini, mengandung pemahaman akan nilai keutamaan guru sebagai agen perubahan yang masih sangat relevan di tengah dinamika kehidupan, walaupun zaman sudah mengalami transformasi silih berganti (Marwanto, 2022).


Pada hakikatnya pendidikan akan terus berkembang sesuai dengan dinamika zaman. Elaborasi pendidikan tidak bisa lepas dari pengembangan kurikulum yang diterapkan. Saat ini berlangsung elaborasi kurikulum yang signifikan melalui program merdeka belajar yang digulirkan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Sudah saatnya semua elemen pendidikan bergerak untuk menyesuaikan diri dengan program ini demi kemajuan pendidikan.


Kreatif Berinovasi


Dalam kurikulum merdeka, peran guru dapat lebih kreatif untuk berinovasi dalam memberikan materi pembelajaran yang tidak terbelenggu oleh regulasi kaku. Para guru sekarang banyak memanfaatkan platftorm Merdeka Mengajar untuk berbagi dan berkarya dengan gagasan-gagasan inovatif. Sedangkan para peserta didik dapat belajar dengan nyaman karena dinilai secara holistik sesuai potensinya baik itu intelektual, emosional, fisik, sosial, estetika, maupun spiritual.   


Konsep dalam Merdeka Belajar tersebut juga terinspirasi oleh ajaran triloka yang digagas Ki Hadjar Dewantara. Di sini Merdeka Belajar disebut Sistem Among dengan menitikberatkan pada potensi dan bakat peserta didik. Berdasarkan etimologinya, Sistem Among berasal dari bahasa Jawa yaitu mong atau momong, yang mengandung maksud mengasuh atau membimbing. Dalam Sistem Among ini, unsur asah, asih, asuh amat kuat untuk mengantarkan agar peserta didik dapat tumbuh dan berkembang jiwa kemerdekaannya.

 

Hal tersebut sejalan dengan konsep pendidikan yang menumbuhkan cipta (logika), rasa (seni, filsafat, sastra), dan karsa (perbuatan). Dalam implementasi Sistem Among, setelah peserta didik mampu menguasai ilmu pengetahuan, mereka didorong untuk menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan berpedoman pada prinsip cipta, rasa, dan karsa.


Dalam Sistem Among ini, guru juga perlu memiliki pemikiran untuk selalu bertumbuh dan belajar sepanjang hayat. Guru juga perlu untuk selalu menyegarkan dan mengelaborasikan pengetahuan yang dimiliki. Sudah dapat dipastikan akan ketinggalan kereta kalau guru hanya terpaku pada pengetahuan yang dimiliki ketika masih kuliah. Dinamika ilmu pengetahuan dalam hitungan hari melaju pesat bagaikan anak panah lepas dari busurnya. Pengetahuan saat ini mudah didapatkan hanya dalam genggaman gawai. Kalau guru tidak segera menyesuaikan diri, tentu nantinya dalam tataran praksis saat mengajar akan kerepotan sendiri.

 

Penguasaan Teknologi


Pada saat ini, untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka diperlukan kualifikasi lebih dari seorang guru. Di samping memiliki kompetensi keguruan juga perlu memiliki kompetensi teknis dalam mengaplikasikan teknologi pembelajaran. Terlebih lagi dalam kurikulum merdeka, berbagai bahan ajar dan juga perangkat pengayaan maupun unggah karya harus dioperasionalkan lewat jaringan internet dengan memakai akun personal. Kalau guru tidak segera menyikapi dari sekarang, tentunya akan ketinggalan informasi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki akan ketinggalan dalam pencerahan maupun elaborasinya.


Semuanya itu bisa dipelajari dalam tahapan proses. Pembiasaan menggunakan komputer atau perangkat teknologi lainnya setiap waktu, akan menjadikan pembiasaan positif untuk selalu belajar dan terus belajar. Sekarang ini tergantung dari niat untuk mau belajar atau tidak. Apabila niat terus bertumbuh, sudah dapat diyakini pasti akan bisa menguasai perangkat tersebut sesuai harapan.


Untuk melakukan perubahan tersebut, diperlukan kompetensi pedagogis yang dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi pedagogis selama ini masih diartikan sangat sempit, yaitu kemampuan hanya semata-mata untuk menyampaikan pembelajaran. Kini, pedagogis perlu dimaknai mencakup konsep kesiapan mengajar. Adapun yang perlu mendapat perhatian, kesiapan mengajar seorang guru tidak hanya sekadar ditunjukkan dari penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar, namun perlu juga dicermati sejauh mana kapabilitasnya untuk menyerap kultur keguruan di era kekinian yang penuh dengan dinamika perubahan.


Namun yang perlu juga disadari, ketika teknologi sudah dikuasai, jangan malah lalai dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh perangkat teknologi. Prinsip yang mendasari tujuan utama menjadi guru adalah komitmennya untuk memberikan transfer pengetahuan juga transfer nilai agar peserta didik menjadi pribadi utuh harus tetap menjadi komitmen yang tak tergoyahkan.


Kembali dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, bangsa Indonesia  khususnya insan pendidikan dapat merefleksikan kembali semua capaian dan tantangan-tantangan yang sudah dilalui. Melalui refleksi ini, dapat menjadi pijakan untuk menentukan arah keberlangsungan pendidikan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


Sebagaimana yang diharapkan Ki Hadjar Dewantara bahwa dengan segala perubahan yang terjadi, substansi pendidikan tidak akan berubah, karena pada hakikatnya pendidikan adalah proses belajar menjadi manusia seutuhnya dengan memelajari dan mengembangkan kehidupan sepanjang hayat baik lingkup mikrokosmos maupun makrokosmos.

 

Selamat Hari Pendidikan Nasional Tahun 2023.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar