Pemuda Ikuti Workshop Pembuatan dan Pemanfaatan Limbah Sandal Upanat Borobudur

Dilihat 659 kali
Workshop pembuatan sandal upanat berkualitas bagi para perajin di wilayah Borobudur Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah menggelar Workshop Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif sub Sektor Kriya bagi 50 pemuda dari 20 desa di wilayah Kecamatan Borobudur.


Kegiatan di Omah Mbudur Desa Jowahan Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang tersebut berupa pembuatan sandal upanat yang berkualitas bagi wisatawan serta pemanfaatan limbah spon menjadi aneka kerajinan berkelas.


"Limbahnya dibuat kerajinan sehingga bermanfaat untuk dibuat karya yang lain, seperti stupa relief dan lainnya," kata Sub Koordinator Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Disporapar Provinsi Jawa Tengah Audri Oktarina disela sela kegiatan Senin (28/08/2023).


Menurut Audri, kegiatan workshop memang difokuskan ke DSP Borobudur. Karena wisata superprioritas maka SDM masyarakat Borobudur juga harus meningkat. sehingga mereka tidak hanya menjadi penonton namun juga menjadi pemain dengan berkarya.


Untuk materi yang dikenalkan adalah proses pembuatan sandal upanat sesuai prosedur SNI agar layak, aman dan nyaman digunakan wisatawan.


Selain itu, lanjut Audri, dalam kesempatan itu juga dikenalkan proses pengolahan limbah sandal  menjadi aneka sovenir kerajinan berkelas seperti stupa/ relief dan lainnya.


Menurutnya, dari kegiatan workshop itu para pemuda itu bisa membantu ekonomi keluarga dan membuka lapangan kerja bagi sekitarnya. Kedepan mereka bisa memproduksi berkarya membuat upanat yang bisa digunakan bagi wisatawan.


Saat ini sandal upanat sedang dibutuhkan dan banyak permintaan terhadap sandal tersebut Sehingga mereka mendapat ingkam bagi keluarganya dan perekonimian meningkat.


"Kepingin angka kemiskinan di Jawa Tengah menurun pengangguran menurun," ungkapnya.


Sementara itu, menurut perajin kriya Borobudur, Nuryanto, kegiatan workshop ini adalah pembekalan bagi para perajin baru dari anak-anak sekitar Borobudur agar memproduksi sandal upanat dengan cara yang benar.

 

Karena banyak yang membuat tapi tidak memperhatikan standar kualitas dan proses kuantitas seperti pengeleman spon dan penggunaan bahan anyaman tikar pandan atau mendong.


Lebih lanjut pemilik Omah Mburudur ini mencotohkan, kebutuhan akan sandal upanat dari wisatawan Borobudur terus meningkat. Dari semula perajin hanya 10 orang sekarang sudah diproduksi oleh 30 perajin lebih di setiap desanya. Setiap perajin memperkerjakan 5 sampai 10 orang yang merupakan mantan pedagang asongan.


"Nantinya, setiap perajin diharapkan mengikuti setiap tahapan yang baik dan terus berkembang," jelas Nuryanto.


Selain untuk memberdayakan masyarakat, para perajin baru ini juga harus mengetahui sejarah sandal upanat yang merupakan ide dari Balai Konservasi Borobudur. Pemakaian sandal upanat bertujuan mengurangi aus batuan Candi Borobudur.


Dijelaskan Nuryanto, setelah mereka bisa memproduksi sandal upanat maka yang akan membeli TWC dan untuk efektifitas pemasaran dan permodalan maka jajaran Kapala Desa Borobudur berinisiatif membuat lembaga bernama Bumdesma. Lembaga tersebut untuk membantu penjualan dan permodalan. Dimana sandal upanat yang telah lulus kurasi langsung dibayar dalam tempo dua hingga tiga hari saja.


Menurut Nuryanto, ke depan pihaknya juga akan mengupayakan inovasi bahan baku pengganti daun pandan, salah satunya menggunakan mendong yang banyak tumbuh di wilayah Kabupaten Magelang. Daun mendong lebih terjangkau dan mudah dirangkai menggunakan mesin tenun sehingga dapat menambah keuntungan bagi perajinnya.


Untuk standar SNI sandal upanat sudah lolos uji maka harus ada pembekalan Adapun limbahnya yakni spon hitam dapat dibuat hiasan dinding yang dapat laku dijual seperti relief, stupa dan lain sebagainya.


"Supaya ada sisi pelestarian dan nilai tambah," pungkasnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar