BERITAMAGELANG.ID - Ruwat Rawat Borobudur kembali digelar tahun oleh Komunitas Brayat Panangkaran Kabupaten Magelang. Gelaran ke 22 tahun tersebut akan dikemas unik hingga rentang April mendatang.
Penanggung Jawab Acara Ruwat Rawat Borobudur, Eri Kusumawardhani mengatakan, ada sedikit perbedaan dari kegiata Ruwat Rawat Borobudur di tahun ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Yakni, di tahun ini tidak ada pembagian sayuran bagi masyarakat, melainkan digantikan dengan pembagian buku-buku.
"Selain menghibahkan buku, juga terdapat acara Bhakti Aksara (bedah buku), pendampingan Tradisi, Jelajah Pustaka Tilik Sedhulur Sonjo kampus, Bhakti Budaya, Kongres Borobudur, dan Festival Kesenian Rakyat," kata Eri, Sabtu (20/01/2024).
Ia menambahkan, semua buku akan diserahkan ke perpustakaan kabupaten dan juga kepada 64 komunitas di luar Magelang.
Selain bertujuan mengedukasi dan menghibur masyarakat, acara 22 tahun Ruwat Rawat Borobudur juga mengangkat kembali nilai tradisi yang sempat hilang, yaitu ritual sedekah Kedung Winong dan umbul donga.
"Tujuan pembagian buku-buku tersebut untuk meningkatkan literasi pelestatian nilai spiritialias Borobudur dan meningkatkan daya baca masyarakat," katanya.
Sementara itu penulis sekakigus budayawan Komunitas Brayat Panangkaran Borobudur, Sucoro menuturkan peluncuran buku berjudul "Pustaka Aksara Borobudur" itu merupakan buku ke-8 dari perjalanan Ruwat Rawat Borobudur. Selain hasil perenungan buku tersebut juga menjadi catatan sejarah perjalanan budaya, wisata dan sosial masyarakat di kawasan Candi Borobudur.
"Buku itu menelisik kebermanfaatan Warisan Budaya Dunia Borobudur dalam Kehidupan Masyarakat yang Selaras dengan Nilai Spiritualitas Borobudur," kata Sucoro.
Ditambahkan Sucoro peluncuran buku "Pustaka Aksara Borobudur" itu juga menjadi moment untuk mengenang peristiwa peledakan sembilan stupa Candi Borobudur yang terjadi pada 21 Januari 1985 silam.
Sucoro mengatakan, buku yang dicetak sekitar 1.200 eksemplar dan nantinya akan dibagikan ke beberapa perspustakaan baik perpsutakaan daerah, sekolah, kampus dan lainnya.
Menurutnya, buku yang menceritakan tentang pengelolaan Borobudur berdasarkan pengalamannya, sekaligus merupakan opini dan hasil dari Kongres Borobudur itu diharapkan menjadi sarana edukasi masyarakat agar lebih tahu bagaimana seluk beluk tentang Candi Borobudur.
"Di dalam buku ini terdapat tiga gagasan para ahli dan doctor dan ide tersebut kemudian saya rangkum dalam satu buku," urainya.
0 Komentar