Riuh Canda Anak Bermain dan Belajar Literasi di Perpustakaan

Dilihat 302 kali
Anak anak SD sedang mendengarkan cerita dongeng di perpustakaan daerah Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Di jantung kota Muntilan, di antara rak-rak buku yang menjulang, terdengar riuh canda anak-anak. Bukan suara yang lazim di perpustakaan, namun di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Magelang (Dispuspa) Kabupaten Magelang, suara itu adalah simfoni kehidupan. Di sini, perpustakaan bukan sekadar tempat menyimpan buku, tetapi menjadi taman bermain literasi yang hidup dan penuh warna.


Setidaknya, setiap minggu sekali, perpustakaan seolah menjadi arena petualangan bagi puluhan bahkan ratusan anak-anak sekolah. Mereka datang bukan hanya untuk membaca dan meminjam buku, tetapi juga untuk menjelajahi dunia literasi dengan cara yang menyenangkan.


"Setidaknya seminggu sekali, ada saja rombongan anak-anak, baik TK, SD, hingga SMA, yang berkunjung," ujar Kepala Dispuspa Kabupaten Magelang, Wisnu Argo Budiono, dengan senyum mengembang, Jumat (7/3/2025).


Kunjungan-kunjungan ini, menurut Wisnu, bagaikan oase di tengah padang rutinitas perpustakaan. Lebih dari sekadar memenuhi target kunjungan, kehadiran anak-anak adalah bukti nyata bahwa literasi bisa tumbuh di mana saja, bahkan di tengah riuh canda dan tawa.


"Ini sesuai dengan misi kami, menumbuhkembangkan budaya literasi masyarakat," lanjut Wisnu. 


Matanya berbinar saat melihat anak-anak mendengar dengan seksama dongeng yang dibacakan oleh seorang petugas.


Ia seperti turut terhibur manakala menyaksikan betapa anak-anak itu begitu menikmati film edukasi di ruang teater. Tak jarang ia menyaksikan keriangan anak bermain permainan tradisional seperti egrang, bakiak panjang atau prok prok di halaman perpustakaan.


Sejak Januari hingga akhir Februari 2025, lebih dari 400 siswa telah merasakan pengalaman unik di Dispuspa.


Kabid Perpustakaan pada Dispuspa Kabupaten Magelang Amroni menyebutkan, mereka bukan hanya membaca buku, tetapi juga menjelajahi taman baca outdoor yang asri.


"Kami ingin menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi generasi yang baru tumbuh," katanya.


Mereka harus tahu bahwa perpustakaan itu tidak sekedar kegiatan membaca buku dan literatur, atau menelusuri data ilmiah dari BPS semata. 


"Tetapi perpustakaan bisa menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan hati," kata Amroni.


Di Dispuspa, literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis. Ini tentang menjelajahi dunia, menemukan hal-hal baru, dan bersenang-senang. Anak-anak belajar tentang sejarah melalui benda-benda cagar budaya yang dipajang, menelusuri informasi melalui buku-buku referensi, dan mengembangkan kreativitas mereka melalui permainan edukatif.


"Kami menyediakan berbagai fasilitas yang edukatif sekaligus rekreatif," jelas Amroni.


Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa perpustakaan didesain menjadi tempat di mana anak-anak bisa belajar dan bermain dalam waktu yang bersamaan.


Target kunjungan Dispuspa memang bukan main-main. Pada 2024, mereka berhasil menarik 67.615 pengunjung, jauh melebihi target 30.200 pengunjung. 


Hingga Februari 2025, lebih dari 5.413 pengunjung telah memadati perpustakaan. Hal ini membuktikan bahwa Dispuspa adalah magnet bagi para pencinta ilmu dan petualangan.


Ia berharap perpustakaan bukan lagi tempat yang sunyi dan membosankan. Namun telah bertransformasi menjadi taman bermain literasi yang hidup, penuh warna, dan riuh dengan canda tawa anak-anak. Di sinilah, masa depan literasi Indonesia sedang dibangun. Satu halaman buku, satu permainan tradisional, satu gelak tawa anak pada satu waktu.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar