BERITAMAGELANG.ID - Ratusan pasang mata, diperkirakan sekitar 700 jemaah, tak kuasa menahan air mata saat menyimak tausyiah dari Dai Nasional asal Pontianak, Ustadz Berry El Makky, dalam kegiatan kajian bertema "Menunda Taubat" yang diselenggarakan oleh Majelis Taklim Sahabat Muslimah Muntilan (Salima).
Bertempat di suasana sejuk Joglo Ngawen Dairy Farm Muntilan, Kabupaten Magelang, Sabtu (8/11), kajian ini sukses "menampar" hati jemaah, mendorong refleksi serius tentang dosa dan taubat yang seringkali ditunda.
Saat membuka kajian, Ustadz Berry El Makky langsung mengutip firman Allah SWT dalam Qur'an Surah Al Maidah ayat 83. Ayat yang menggambarkan mata bercucuran air mata saat mendengar kebenaran Al-Quran itu menjadi pembuka perenungan.
"Bersyukurlah ketika kita mendengarkan lantunan Al-Qur'an lalu kita menangis. Karena sebenarnya hati yang kita rindukan adalah petunjuk dari Al-Quran," ungkap Ustadz Berry, disambut anggukan khidmat para jemaah.
Ustad menekankan bahwa Al-Qur'an adalah jawaban dari segala permasalahan kehidupan. Seorang muslim yang menjalankan hidupnya dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an, jelas berbeda dengan mereka yang mengaku muslim namun menjauhi petunjuk-Nya.
Dalam sesi tausyiahnya, Ustadz Berry juga mengutip Qur'an Surah Thaha ayat 13 yang berbunyi, "Aku telah memilihmu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu)."
Ustad menegaskan, kehadiran ratusan jemaah di lokasi kajian hari itu semata-mata karena kehendak dan pilihan Allah SWT.
"Kalau bukan karena Allah, kita tidak akan bisa datang ke kajian," terangnya.
Dai yang dikenal dengan penyampaiannya yang menyentuh itu mengungkapkan bahwa Allah SWT paling menyukai hamba-Nya yang datang dengan niat tulus ingin taubat dan memperbaiki diri. Ustadz Berry kemudian menjabarkan lima langkah esensial dalam bertaubat, yaitu mengaku salah, memohon ampun kepada Allah, menyesal atas dosa-dosa yang lalu, berusaha tidak mengulanginya lagi, dan memperbanyak amal sholih.
"Jadikan ujung amal kita yang terbaik. Sebab setiap amalan tergantung pada akhirnya," pesan Ustadz Berry di penghujung tausyiah, menutup dengan pesan yang menancap di hati.
Salah satu momen yang paling emosional adalah saat Ustad Berry mengarahkan jemaah untuk menuliskan kesalahan-kesalahan yang selama ini dilakukan dan bertekad ingin bertaubat. Proses menulis dalam hening ini membuat hampir semua jemaah tak kuasa meneteskan air mata, mengenang dosa-dosa yang selama ini diperbuat.
Setelah selesai, Ustad meminta kertas tersebut diremas dan disobek menjadi lembaran-lembaran kecil. Aksi ini menjadi simbol pengakuan kesalahan dan penanda dimulainya babak baru taubat yang sungguh-sungguh di hadapan Sang Pencipta.
Umisani, seorang jemaah dari Tempel, Sleman, tidak dapat menyembunyikan perasaannya.
"Tidak bisa menahan air mata sungguh merasa tertampar sekali dengan kesalahan, dosa-dosa yang pernah saya lakukan. Ternyata cara taubat saya belum benar," ungkapnya jujur.
Jemaah lain, Fajar dari Muntilan, merasa diingatkan kembali untuk mencintai Al-Qur'an serta senantiasa mengingat Allah SWT dalam keadaan apapun.
Semangat baru juga dirasakan Muncholifah, jemaah dari Sawangan.
"Walaupun saya masih terbata-bata, tahap belajar, tapi insya Allah dapat pahala 2 kali lipat dari yang mahir. Ini menjadikan saya semangat ingin bisa lancar membaca Al-Qur'an," ujar Muncholifah.
Kajian ini membawa manfaat bagi masyarakat di Kabupaten Magelang dan sekitarnya. Kegiatan ini menjadi oase rohani yang menyegarkan keimanan, mendorong jemaah untuk melakukan introspeksi diri secara mendalam dan memperbaiki kualitas ibadah.
0 Komentar