Tangani Anak Tidak Sekolah (ATS) Pemkab Magelang Lakukan Pendekatan Humanis

Dilihat 1279 kali
Konsultasi Publik Rancangan Peraturan Bupati tentang Penanganan Anak Tidak Sekolah (ATS), di Balkondes Wringinputih Borobudur, Kabupaten Magelang.

BERITAMAGELANG.ID -Guna menekan angka Anak Tidak Sekolah (ATS), Pemerintah Kabupaten Magelang melakukan pendekatan humanis bersama Komunitas Masyarakat Peduli Pendidikan (KMPP) kepada masyarakat, agar lebih peduli terhadap pendidikan.

"Setiap tahun angka ATS usia 7-18 tahun, terus berubah," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda dan Litbangda) Kabupaten Magelang, Taufik H. Yahya, pada Konsultasi Publik Rancangan Peraturan Bupati tentang Penanganan ATS, di Balkondes Wringinputih Borobudur, Rabu (16/10-2024).

Menurut Taufik, jumlah ATS usia 7-18 tahun di Kabupaten Magelang berubah dari tahun ke tahun. Pada 2022 sebanyak 128 anak, tahun 2023 sebanyak 2.058 anak dan Tahun ini 1.616 anak. Data menjadi kunci untuk penanganan ATS. Dari adanya data yang lengkap maka kemudian dilakukan intervensi.

Pemerintah Kabupaten Magelang, lanjutnya, melakukan upaya gotong royong untuk meningkatkan kepedulian terhadap pendidikan. Upaya ini dilakukan melibatkan stakeholders seperti Komunitas Masyarakat Peduli Pendidikan (KMPP).

Selain itu, menurutnya, payung hukum juga penting. Rancangan Peraturan Bupati diharapkan bisa segera ditetapkan sehingga pada 2025, penanganan ATS bisa dilakukan lebih cepat, lebih tertata dan terlindungi. Pendanaan juga diharapkan tidak hanya dari APBD tetapi juga dari pemerintah desa, serta non pemerintah.

"ATS diberikan penanganan agar mereka bisa kembali ke sekolah. Urgensi penanganan ATS ini akan dirasakan pada 25-30 tahun mendatang. Anak-anak usia sekolah saat ini akan menjadi generasi emas pada tahun 2040 sehingga pendidikan sangat penting untuk mereka," jelas Taufik.

Ketua KMPP, Eko Triyono mengatakan ATS lebih banyak ditemukan di wilayah perdesaan atau pegunungan. Di kawasan tersebut ATS juga dipengaruhi oleh tradisi di masyarakat sehingga penanganan dilakukan melalui upaya pendekatan agar masyarakat meningkatkan kepedulian terhadap pendidikan.

"Kami mengajak masyarakat setempat agar lebih peduli terhadap pendidikan, dimulai dari lingkungan sekitarnya, agar anak-anak bisa sekolah setinggi-tingginya," kata Eko Triyono.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar