Jejak Sejarah dan Keluarga Pangeran Diponegoro di Wilayah Borobudur Masih Lestari

Dilihat 116 kali
Pusaka peninggalan Pangeran Gus Farid keturunan Pangeran Diponegoro masih menyimpan pusaka yang tersimpan di Padepokan Diponegaran Borobudur Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Kemerdekaan Republik Indonesia tak lepas dari peristiwa perang Jawa yang berlangsung dari 1825 hingga 1830 yang dipimpin Pangeran Diponegoro, termasuk di wilayah perbukitan Menoreh Magelang.


Keberadaan rumah dan sejumlah benda pusaka di Padepokan Diponegaran di Dusun Sosongan Desa Bumiharjo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang menjadi saksi sejarah kerasnya perjuangan rakyat saat itu.


Keturunan keenam Pangeran Diponegoro, sekaligus pemilik Padepokan Dipanegaran, Gus Farid Diponegaran menceritakan, padepokan ini dahulu menjadi rumah dan tempat Pangeran Diponegoro menyusun strategi perang melawan penjajah Kolonial Belanda di wilayah Magelang dan sekitarnya.


Rumah Diponegaran juga menjadi lokasi terakhir Pangeran Diponegoro bertemu keluarga dan pengikutnya sebelum ditangkap Jenderal De Kock pada 28 Maret 1830 di Residen Kedu atau kini menjadi Kantor Bakorwil Magelang.


"Kuda putihnya biasa ditaruh gedogan (kandang) sini, buktinya masih ada (di sekitar Padepokan) lesung besar tempat air minum kuda dan lesung kecil tempat numbuk padi," kata Gus Farid, Rabu (6/8).


Diceritakan Gus Farid, sekitar lima tahun Pangeran Diponegoro menetap di rumah Padepokan Diponegaran wilayah Borobudur sebelum penangkapan oleh Belanda. Saat itu, Padepokan Diponegaran juga digunakan Pangeran Diponegoro mengajar para santri tentang ilmu agama, kanugaran (beladiri) dan strategi.


"Masih ada di sini, dua batu persegi yang biasa digunakan Eyang untuk duduk. Itu gampangnya singgasana dari batu persegi diameter 50x50cm," jelas Gus Farid.


Di padepokan ini juga masih menyimpan berbagai benda pusaka yang pernah digunakan berperang Pangeran Diponegoro seperti tombak Kyai Purbonagarito, tongkat komando Kyai Sapu Jagad. Kemudian dua buah keris yakni Kyai Ilang Upit dan Kyai Singkir. Satu bilah pedang yang menjadi senjata membunuh musuh bertuliskan angka pembuatan tahun XI.


"Ini pedang dari beliau, untuk membunuh musuh-musuhnya. Pedang pusaka yang masih terlihat bekas darah di gagangnya," beber Gus Farid.


Menurut Gus Farid, garis keturunan dari Pangeran Diponegoro hingga kini masih tersambung tali silaturahmi. Keberadaan mereka tersebar di berbagai daerah di Nusantara.


Untuk di Kabupaten Magelang ada ratusan keluarga yang merupakan keturunan Pangeran Diponegoro, beberapa diantaranya menjabat Kepala Desa di sekitar Candi Borobudur.


Gus Farid menambahkan, kita juga masih melestarikan tradisi belajar ke anggota Padepokan yang berada di luar negeri pecahan Unisoviet dan Belanda untuk belajar spiritual Jawa seperti yang dilakukan Pangeran Diponegoro saat itu kepada santrinya.


"Kita masih tersambung, kumpul setiap selapanan (hitungan Jawa 40 hari). Sekaligus kumpul anggota Padepokan," terangnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar