Kepala BPBD Ungkap Mitigasi Bencana Kabupaten Magelang

Dilihat 5607 kali
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Drs. Edy Susanto

BERITAMAGELANG.ID - Kabupaten Magelang merupakan daerah yang  memiliki jenis bencana sangat  kompleks. Kondisi 'supermarket' bencana itu menjadikan penyelenggaraan penanggulangan  bencana  oleh Pemda Kabupaten Magelang menggunakan paradigma pengurangan resiko  bencana melalui program mitigasi (serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana) dari penelitian panjang.


Melalui Badan Penanggulangan  Bencana Daerah (BPBD), Pemerintah Kabupaten Magelang terus berkoordinasi dengan instasi terkait dan bekerja sama dengan swasta. Masyarakat juga banyak dilibatkan dalam berbagai kegiatan mitigasi tersebut. Kini, lahir pemahaman tentang kebencanaan di masyarakat, selain itu kemudahan dalam mengakses informasi membuat pelaksanaan mitigasi di Kabupaten Magelang berjalan lancar.


Di antara kesibukan mengantisipasi sejumlah bencana, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Drs. Edy Susanto menyempatkan diri menjawab pertanyaan BeritaMagelang.id pada Kamis (10/01). Edukasi mitigasi bencana ke masyarakat sesuai instruksi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, menjadi fokusnya.


Seperti disampaikan Presiden tentang pentingnya edukasi bencana, apa saja yang program BPBD Kabupaten Magelang ke masyarakat? 


"Untuk jangka panjang mitigasi bencana yang disampaikan oleh Pak Presiden bahwa upaya edukasi terus iya, salah satunya yang menjadi ancaman kami adalah erupsi Gunung Merapi. Kita mempersiapkan System Sister Village, atau desa bersaudara, kami mengatakannya Paseduluran Deso (Paseso)".


Secara spesisfik Merapi menjadi perhatian. Saat ini aktifitasnya juga meningkat dengan pembentukan kubah lava, kesiapan, apa yang dipersiapkan BPBD jika terjadi letusan? 


"Kita juga rutin menggelar sosialisasi ke masyarakat terkait aktivitas Merapi, terutama untuk jangka pendek dalam pembentukan kubah lava, kemudian ada material-material yang kena angin besar terbang debu. Itu merupakan ancaman, bagian dari ancaman dari Merapi meskipun tidak meletus. Oleh karena itu kita siapkan masker kita bagikan ke kecamatan-kecamatan, membagikan ke desa yang membutuhkan,".


Berapa jumlah masker yang disediakan dan bagaimana distribusi ke masyarakat? 


"Jumlah masker, kemarin kita pengadaan kita 500 ribu lebih. Sekarang 150 ribu sudah kita bagikan ke masyarakat dan disimpan di Kecamatan yang siap setiap saat dibagikan ke masyarakat. Memang distribusinya hanya untuk wilayah yang paling dekat dengan Gunung Merapi. Dengan asumsi desa-desa yang jauh itu kalo hanya minta masker kan terlalu jauh jaraknya ke kita. Sehingga kita sediakan yang terdekat di situ".


Guna memberi pemahaman kepada masyarakat tentang potensi bencana yang ada di daerahnya, program BPBD bagaimana?


"Edukasi tentang kebencanaan itu menjadi bagian dari upaya dari mitigasi kita. Itu terus kita lakukan dan itu terus kita ingatkan kembali".


Porses edukasi dalam bentuk seperti apa?


"Edukasinya bisa dalam bentuk sosialisasi tapi yang kita lakukan adalah pelatihan sekaligus menyusun sebuah konsep atau sistem seperti sistem Desa Bersaudara. Melalui itulah kita bisa melakukan upaya edukasi, bahwa kondisi Merapi seperti apa, statusnya apa, dan jika harus mengungsi seperti dengan siapa kemana. Itu sudah jelas dan jalurnya kemana juga sudah jelas".


Apakah itu hanya khusus Merapi saja, mengingat Kabupaten Magelang memiliki potensi bencana lain? 


"Jadi dalam menyusun Kontigensi atau proses identifikasi dan penyusunan rencana ke depan menghadapi bencana dilakukan menurut jenis ancaman. Merapi harus kita buat secara khusus. Kemudian karena bencana di Kabupaten Magelang didominasi oleh bencana Geologi terutama tanah longsor juga bencana hydrometrologi. keduanya kita buatkan rencana kontigensi yang berbeda, ancaman, kekuatan, dan penanganan berbeda".


Lokasi non Merapi, mitigasi dan edukasi longsor ke masyarakat oleh BPBD digelar seperti apa? 


"Untuk desa kita pertama kali membentuk Organisasi Pengurangan Resiko Bencana (OPRB) Desa. Sedangkan untuk di titik-titik desa yang terdapat retakan kita pasang alat EWS (Early Warning System) yang menjadi peringatan dini dan juga sebuah sarana edukasi ke masyarakat bahwa ada potensi ancaman ini akan memberi sinyal jika potensinya meningkat dan kemana harus mengungsinya. Ini upaya edukasi sekaligus eksekusi untuk perencanaan pengurangan resiko bencana".


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar