Desa Banyuroto, Sawangan Raih Penghargaan Proklim Kategori Lestari Dari KLHK

Dilihat 1009 kali
Kepala Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Yanto saat menerima tropi penghargaan Proklim Kategori Lestari dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar.

BERITAMAGELANG.ID- Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang berhasil meraih penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) Kategori Lestari Tahun 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada acara penutupan Festival Iklim 2022 yang bertempat di Gedung Manggala Wanabakti, Senayan Jakarta, Jumat (28/10) kemarin.

Perlu diketahui, sebelumnya Desa Banyuroto juga telah menerima tropi Proklim Kategori Utama pada tahun 2019 atas aksi nyata di bidang penyelamatan sumber air dan energi baru terbarukan (Pembuatan IPAL biogas limbah kotoran ternak).

Kaitannya dengan diperolehnya penghargaan Proklim Kategori Lestari tahun 2022 ini, Kepala Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Yanto menjelaskan bahwa Desa Banyuroto telah ikut membantu menjaga kelestarian Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu sebagai dewa penyanggah.

Melihat kondisi masyarakat di Desa Banyuroto rata-rata mata pencahariannya sebagai petani dan peternak, maka masyarakat mencoba untuk membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas sebagai energi yang digunakan untuk keperluan sehari-hari (memasak) sekaligus mencegah dan mengurangi dampak kerusakan hutan akibat penebangan liar untuk mencari kayu bakar.

"Tentunya dengan adanya pembuatan IPAL biogas ini sudah sangat membantu sekali dan mengurangi penebangan liar untuk mencari kayu bakar," jelas Yanto.

Pembuatan IPAL biogas limbah kotoran ternak pada tahun 2019 di Desa Banyuroto baru memiliki 6 unit biodigester, sementara saat ini tahun 2022 sudah menjadi 8 unit biodigester yang mampu diakses/digunakan oleh 25 KK.

 Kemudian yang kedua, Lanjut Yanto, Desa Banyuroto juga telah melakukan aksi nyata di bidang penyelamatan sumber daya air dengan menangkap air hujan, dengan membuat lubang resapan biopori dengan skala jumbo di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.

Harapannya dengan adanya pembuatan biopori berskala jumbo ini dapat menangkap air hujan sehingga bisa mempertahankan debit mata air disekitarnya. Pada tahun 2019 lalu Desa Banyuroto telah membuat 10 lubang resapan biopori, namun di tahun 2022 saat ini sudah berkembang menjadi 410 buah.

"Dampaknya saat ini sudah bisa dirasakan, mata air debitnya semakin meningkat dan mampu mencukupi kebutuhan air di musim kemarau dan bahkan kami bisa mensubsidi desa-desa tetangga," ungkap Yanto.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar