Dua Dai Ternama Bahas Kajian Makna Sumpah Menurut Islam

Dilihat 241 kali
Ustad Wijayanto dan Ustad Handy Bonny di Majelis Taklim Salima, Rabu (10/9).

BERITAMAGELANG.ID - Lebih dari 800 jemaah memadati Joglo Ngawen Dairy Farm, Kabupaten Magelang, Rabu (10/9) untuk mengikuti kajian Islam yang diselenggarakan oleh Majelis Taklim Sahabat Muslimah Muntilan (Salima). Antusiasme tinggi ini menyambut kehadiran dua dai ternama yang dikenal cerdas dan humoris, yaitu Ustadz Wijayanto dari Yogyakarta dan Ustadz Handy Bonny dari Bandung.


Ustadz Wijayanto, dalam ceramahnya, mengupas makna Surah Al-Maidah ayat 89 yang membahas tentang sumpah. Ustad menjelaskan bahwa sumpah yang tidak disengaja tidak akan dihukum oleh Allah, namun sumpah yang disengaja dan dilanggar memiliki konsekuensi.


"Menurut Tafsir Ibnu Katsir sumpah yang tidak akan dihukum Allah yaitu sumpah karena terpaksa dan sumpah karena khilaf," ungkapnya.


Kembali ia menjelaskan sumpah terpaksa yaitu sumpah yang diucapkan karena adanya ancaman atau paksaan dari pihak lain, biasanya dengan ancaman yang membahayakan jiwa. Sedangkan sumpah karena khilaf Ini adalah sumpah yang diucapkan tanpa niat atau kesadaran penuh.


Ustad Wijayanto mengingatkan jangan bermain-main dengan sumpah. Dan tidak boleh bersumpah atas nama selain Allah termasuk lafadz-lafadz yang dinisbahkan kepada selain Allah. 


"Apabila seseorang dengan sengaja melanggar sumpah yang telah diucapkannya, ia wajib membayar kafarah atau denda," terangnya.


Kafarah memiliki tiga pilihan yang harus dilakukan secara berurutan. Pilihan pertama memberi makan 10 orang miskin dari makanan pokok yang biasa dimakan bersama keluarga. Kedua, memberi pakaian kepada sepuluh orang miskin. Ketiga, memerdekakan seorang hamba sahaya. Namun, pilihan ini kini tidak relevan lagi karena perbudakan sudah tidak ada.


"Jika seseorang tidak mampu melakukan salah satu dari tiga pilihan kafarah, maka ia wajib melakukan puasa selama tiga hari secara berurutan," ucapnya kembali.


Pada kesempatan yang sama, Ustadz Handy Bonny menyampaikan bahwa ketenangan hidup tidak dijamin oleh materi, melainkan oleh mengingat Allah. Ia menekankan bahwa menuntut ilmu sejatinya merupakan langkah untuk mempersiapkan diri menuju surga.


Ustad Bonny juga mengungkapkan bahwa di akhir zaman, umat Nabi Muhammad akan menghadapi ujian serupa dengan umat Nabi Musa, seperti ujian dari pemimpin yang zalim, ujian dari orang kaya yang kikir, dan ujian dari orang yang terlihat saleh namun menyesatkan.


"Saat diuji, orang yang imannya lemah cenderung mencari kesalahan orang lain. Sebaliknya, orang yang beriman akan melakukan muhasabah atau introspeksi diri," ujarnya.


Mengakhiri ceramahnya, Ustadz Handy Bonny menyebutkan empat perkara baik yang paling baik:

1. Rasa malu seorang wanita jauh lebih baik daripada rasa malu seorang pria.

2. Sikap adil penguasa lebih baik daripada sikap adil pada diri sendiri.

3. Taubat yang dilakukan anak muda lebih baik daripada taubat orang tua.

4. Kedermawanan orang fakir lebih baik daripada kedermawanan orang kaya.


Menurut Alien, panitia Majelis Taklim Salima, kajian ini tidak hanya memberikan pemahaman mendalam tentang Islam, tetapi juga bermanfaat besar bagi jemaah.


"Gaya penyampaian yang ringan dan humoris dari kedua ustadz membuat jemaah termotivasi untuk memperkuat keimanan dan bersiap menghadapi ujian hidup dengan ketenangan," tutupnya.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar