Fajar Menyingsing Penuh Harapan

Dilihat 2090 kali
Anak-anak generasi penerus ini adalah harapan sebagai pewaris budaya bangsa Indonesia. Kegiatan pentas seni karawitan dan tari anak-anak Sanggar Seni Borobudur Art Centre di malam penghujung tahun 2022

SANG fajar terbit dari ufuk timur, berpendar dengan mega tipis di sekitarnya menambah eksotisnya tahun baru 2023. Setahun lalu kita bergumul dengan tahun 2022 yang penuh dinamika yang menyertai. Bukan perjalalanan mudah bagi bangsa Indonesia dalam menjalani tahun 2022 yang penuah tantangan.

Setelah lebih dari dua warsa, bangsa Indonesia mengalami cobaan berat dari pandemi. Tahun 2022 kemarin mulai berbenah menata kehidupan normal kembali. Dalam bidang ekonomi, mulai menata dengan pola manajemen yang lebih proporsional dan efektif, bidang sosial, mulai merajut komunikasi dengan berbagai pihak, bidang pendidikan mengondisikan dengan sistem pembelajaran di sekolah yang dapat mengakomodasi kepentingan peserta didik yang sudah lebih dari dua tahun belajar dari rumah. Sedangkan dalam bidang budaya, para seniman dan budayawan mulai melakukan proses kreatif agar karya seni yang diciptakan mulai diingat dan dikenal kembali oleh publik.

Memperkuat Komunikasi

Suatu momentum menarik dalam kegiatan pentas anak-anak di Sanggar Seni Borobudur Art Centre Borobudur pada malam penghujung tahun 2022 lalu. Puluhan anak-anak pentas seni tari dan musik tradisional gamelan dengan penuh keceriaan. Mereka mementaskan hasil latihan selama dua semester di tahun 2022.

Hasilnya sungguh luar biasa. Seusia anak-anak dapat memainkan seperangkat alat musik tradisional gamelan sebagaimana materi orang dewasa, seperti iringan gending-gending tari klasik. Suatu kolaborasi yang sangat menarik, mereka memainkan musik karawitan mengiringi temannya menari.

Momentum yang menarik pada acara tersebut, pengurus Sanggar Seni Borobudur Art Centre mengundang orang tua anak-anak untuk ikut menyaksikan penampilan putra-putrinya. Kiat tersebut merupakan upaya merajut komunikasi dengan orang tua. Kiranya orang tua perlu mengetahui hasil dari putra-putrinya latihan dalam berkesenian di sanggar tersebut.  

Pada dasarnya komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai personal maupun sebagai anggota masyarakat. Komuniksai diperlukan untuk mengatur etika pergaulan antar manusia satu dengan lainnya. Dengan berkomunikasi secara baik, runtut, komunikatif akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam berkomunitas, apakah ia seorang guru, dosen, manajer, pedagang, seniman,  pramugari, pemuka agama, penyuluh lapangan, pramuniaga, dan berbagai profesi lainnya.

Dari berbagai banyak penelitian di lapangan menunjukkan, bahwa keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kapabilitasnya selama berkomunikasi  dengan berbagai pihak. Tidak bisa dipungkiri, komunikasi yang baik dan efektif, akan dapat membuka wawasan positif berbagai pihak lain.

Usaha-usaha manusia untuk berkomunikasi dengan berbagai pihak dapat ditelisik lebih dalam dari berbagai bentuk kehidupan mereka di masa lalu atau zaman feodal. Tempat-tempat pemukiman penduduk di masa lalu didirikan di daerah aliran sungai dan tepi pantai. Pemilihan tempat seperti itu bukannya tanpa alasan mendasar.

Tempat tersebut dipilih untuk memudahkan mereka berkomunikasi, dengan memakai kapal tongkang, rakit, perahu kecil, dan sampan, terutama ketika melakukan relasi dengan pihak luar. Pemukulan gong di Kekaisaran Romawi dan pembakaran api yang mengepulkan asap membubung tinggi ke udara di dataran Cina merupakan semiotika komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di medan peperangan (Cangara Hafied, 2006).

Dengan demikian dapat diekplanasikan, bahwa komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Apabila komunikasi tidak dapat tersalurkan dengan baik, maka salurannya akan mampat, ibarat saluran air, jalannya air akan merembes ke saluran lain,bahkan kadang menjebol saluran tersebut.

Oleh karena itu, komunikasi di tahun 2023 ini perlu lebih dioptimalkan,agar saluran-saluran komunikasi yang mampat di tahun lalu tersebut mendapatkan ruang untuk dapat menyalurkan aspirasinya. Dalam bidang seni budaya khususnya, para seniman perlu diberi ruang untuk berekspresi agar proses kreatifnya dapat dinikmati publik.

Ruang berekpresi tersebut, tidak harus difasilitasi pemerintah, pihak swasta, donatur, atau komunitas seniman dapat memfasilitasi para seniman tersebut untuk unjuk karya. Untuk itu solidaritas yang efektif dari para seniman dalam membuka ruang komunikasi dengan pihak lain perlu dibuka seluas-luasnya.

Memantik Motivasi

Komunikasi di bidang pendidikan, terutama di sekolah di awal tahun ini, perlu dilakukan dengan cara koodinasi dengan berbagai pihak, baik guru, tata usaha, wakil kepala sekolah, komite sekolah, orang tua peserta didik, serta berbagai pihak yang dapat mendukung terealisasinya komunikasi tersebut.

Komunikasi dengan orang tua peserta didik di awal tahun ini sangat diperlukan agar pihak sekolah dan orang tua dapat mengetahui kondisi dan kegiatan anak-anak selama libur semester. Apabila komunikasi sudah dapat terajut, akan lebih mudah memantik motivasi belajar mereka agar tujuan belajarnya dapat tercapai.

Kolaborasi mutual antara orang tua dan sekolah memang diperlukan agar satu sama lain bisa memantau anak-anak baik ketika belajar di sekolah maupun di rumah. Pemantauan yang mendidik dan kolaboratif akan dapat lebih mengefektifkan tercapainya tujuan pendidikan seutuhnya sebagimana diamanatkan Ki Hadjar Dewantara terkait dengan tri sentra pendidikan, bahwa tujuan pendikan akan dapat tercapai apabila kolaborasi paralel antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat terbangun.

Kita perlu optimis, mari kita memasuki tahun 2023 ini dengan semangat baru. Kita juga perlu meyakini, fajar yang menyingsing dari ufuk timur di awal warsa ini, sebagai penanda tahun penuh harapan bagi bangsa Indonesia.


(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar