BERITAMAGELANG.ID - Kotoran kambing yang sering dianggap sebagai limbah dan bau, di tangan Azis Budi Rohmad, warga Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, justru bisa menjadi pundi-pundi uang, setelah diolah menjadi kompos atau pupuk organik yang kaya nutrisi dan diminati oleh petani.
Seperti Ponidi (50), petani padi Desa Tirto, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, yang sudah menggunakan kompos pupuk organik dari kotoran kambing dari Sewukan, Dukun. Menurutnya, pupuk kandang ini dapat meningkatkan kesuburan tanah.
"Harganya juga murah dibanding pupuk kimia. Pupuk kandang dari kotoran kambing yang sudah diolah ini, selain tidak bau, juga lebih ramah lingkungan, serta bagus untuk tanaman padi lebih subur," ujar Ponidi, Selasa (18/3/2025).
Harga satu sak kompos atau pupuk organik dari kotoran kambing ukuran kecil 10 kg adalah Rp15.000, dan yang ukuran besar yakni 24 kilogram seharga Rp35.000.
"Harga ini lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk kimia yang katanya ada subsidinya. Namun, petani padi di sini lebih suka menggunakan kompos atau pupuk kandang yang sudah diolah," ungkapnya.
Pengusaha pupuk atau kompos dari kotoran kambing etawa asal Desa Sewukan, Dukun, Azis Budi Rohmad melihat peluang pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk sangat besar, karena wilayah Kabupaten Magelang adalah area pertanian, khususnya di Kecamatan Dukun, dimana para petani menggunakan pupuk kimia.
Seiring waktu, pupuk kimia sulit didapat dan harganya sering naik, sehingga harga produksi petani pun ikut naik. Untuk itu, ia berpikir mengolah kotoran kambing jadi pupuk, menjadi alternatif dan bisa membantu mengurangi biaya produksi bagi petani.
"Pada awalnya, saya melihat tata cara pengolahan limbah kotoran kambing di media online. Setelah itu, mulai belajar dari teman-teman dan juga bertanya dengan dinas pertanian. Dari sana banyak belajar bagaimana cara mengolah pupuk yang benar," ujarnya.
Setelah dirasa cukup ilmu, ia mulai membeli bahan-bahan untuk modal awal, di antaranya mesin giling, dan juga bahan baku berupa kotoran kambing. Bahan baku kotoran kambing etawa diambil dari Purworejo. Alasan kotoran kambing etawa, lebih baik dibandingkan dari kotoran-kotoran lain untuk diolah sebagai pupuk.
Karena dari semua kotoran kambing etawa, menurutnya, cenderung lebih besar, sementara untuk kotoran kambing lain masih menggumpal-gumpal.
"Jadi, kotoran kambing etawa yang lebih kering diproses dan ditambahkan dolomit, kapur, terus dikasih cairan untuk pengurainya, kemudian digiling biar lebih lembut," terangnya.
Produksinya dalam sebulan bisa mencapai ribuan karung, dan ke depan, produksi bisa meningkat hingga 1.500-2.000 karung. Sedangkan bahan baku srintil (kotoran kambing etawa) didatangkan dari Kabupaten Purworejo, sekali datang sebanyak satu truk yang beratnya sekitar 3 ton srintil.
"Yang jelas, usaha pupuk dari kotoran kambing ini memiliki prospek yang bagus ke depannya. Meski ada orang yang mengatakan kalau kotoran kambing ini menjijikkan, tapi bagi kami untuk jangka panjangnya itu prospek dan menuntungkan," pungkasnya.
0 Komentar