Ikko Williams Novelis dari Lereng Sumbing

Dilihat 1863 kali
Ikko Wiliams Novelis dai lereng Sumbing

BERITAMAGELANG.ID-DI TENGAH gempita kampanye literasi untuk meningkatkan semangat membaca saat ini, seorang pemuda terlihat asyik dan serius melayani pelanggan di sebuah kafe di lereng Gunung Sumbing. Tepatnya di kafe Bestie di Desa Bandongan Kabupaten Magelang.


Siapa sangka pemuda itu adalah Ikko Williams. Penulis novel yang punya nama besar di negeri tercinta. Setiap kali orang menulis namanya saat melakukan googling, lalu akan muncullah nama pemuda Desa Rejosari Kecamatan Bandongan itu beserta sederet karya karyanya yang sudah nencapai 18 buku.


Karya karya sebanyak itu ditulis kurang dari 6 tahun. Dari tahun 2017 hingga saat ini. Sehingga orang dapat nembayangkan betapa produktifnya pemuda yang masih lajang itu.


Novel perdananya diterbitkan pada tahun 2017 berjudul Marry Me in Harrisonburg. Lalu disusul dengan Me Versus Spatula ditahun 2018. Novel novel karyanya pun meluncur satu per satu dari waktu ke waktu. Antara lain:


1. Nyala Cinta dalam Temaram Hati, Mei 2019

2. Bang My Heart, Juni 2019

3. SYAHEER, The Charming Guest, Maret 2020

4. The Pastry of The Paradise, Desember 2020

5. Beauty and the Big , Desember 2020,

6. A Badboy Called Reno, Januari 2021,

7. Its Me Skyla, Februari 2021,

8. Oh My Frans, Maret 2021,

9. Claralivia, Mei 2021,

10. Sujudku Karena Cinta, Juni 2021 

11. Aku Cemburu pada Hujan, Agustus 2021,

12. The Charming Guest, September 2021,

13. Damn, I Miss You  , September 2021,

14. Resep Cinta Clarissa, November 2021

15. Jika Kita Sepasang Merpati, Januari 2022,


Sejak SD


Ikko Williams lahir di Desa Rejosari Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang pada 27 September 1994. Orang tuanya bekerja sebagai petani di desa itu. Hobi menulisnya dimulai sejak masih bersekolah di Sekolah Dasar. Ketika itu saya selalu  menulis di atas secarik kertas. Lalu saya berikan kepada teman-teman, kenangnya.


Hobi itu terus berjalan hingga menamatkan sekolah di SMK. Saya mengambil jurusan otomotif. Jadi tidak nyambung dengan hobi saya. Teknik sekolah, bertutur pekerjaannya, kata alumni SMK Negeri Windusari itu sambil tersenyum.


Hobi menulis cerita, katanya dipicu oleh kegemarannya membaca cerpen. "Dulu kakak saya sering membawa pulang majalah anak yang cukup populer masa itu. Saya selalu membaca cerita-cerita yang ada. Sayapun terobsesi untuk bisa menulis cerpen," jelasnya.


Ke Bandung


Setelah lulus sekolah di SMK, Ikko merantau ke Ibukota Jawa Barat, Bandung. Bekerja di sebuah percetakan di Kota itu. Hobi menulisnya seperti tumbuh kian subur di tempat tinggal yang baru. Pasalnya, pekerjaan yang digelutinya di percetakan memungkinkanya  bergaul dengan banyak penulis.


"Ketika itu saya bertemu dengan komunitas penulis. Saya selalu hadir di kafe-kafe dimana mereka berkumpul. Betul banyak pelajaran yang diperoleh karena komunitas penulis sangat banyak. Banyak pelajaran yang didapatkan," jelasnya.


Karena pergaulan itulah maka pemuda perantau ini memulai debutnya di dunia penulisan. Novel demi novel tercipta. Lalu lahirlah karyanya sebanyak 18 novel. Itu belum termasuk Antologi, yang saya tulis bersama dengan banyak penulis, kata novelis itu.


Dari Bandung ke Bandongan


Tahun 2019 berjangkitlah Covid 19. Pandemi yang banyak mengubah jalan hidup orang sedunia. Tak terkecuali Ikko . Ia memutuskan pulang ke kampungnya setelah sekian lama merantau. Dari Bandung ke Bandongan.


"Waktu itu pandemi sedang ngeri ngerinya," kenangnya. Tetapi produktivitasnya tak menurun karena tinggal di Kampung. Ia terus berkarya dan berkarya.


Di Desa, Ikko ingin menghidupkan suasana Kota Bandung di Bandongan dengan merintis kafe  Bestie. Harapanya para penulis mau berkumpul ke kafenya agar dapat bertukar pikiran. Namun usahanya itu belum menampakkan hasil. " Di Magelang sepi. Mungkin penulis belum sebanyak Bandung," katanya.


Mengapa suka menulis cerita romansa? Jawaban pemuda itu sederhana dan singkat, " Saya ingin menghibur banyak orang. Dan menyenangkan orang itu kebahagiaan tersendiri," pungkasnya tersenyum menutup pembicaraan.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar