Ubi Madusari, Manisnya Oleh-Oleh Dari Magelang

Dilihat 1472 kali
Ubi Madusari diolah jadi grubi warna-warni, cocok jadi oleh-oleh untuk orang kesayangan

BERITAMAGELANG.ID - Siapa sangka ternyata Kabupaten Magelang, Jawa Tengah juga menyimpan potensi ubi madu seperti di Jawa Barat. Namanya Ubi Madusari khas dari Dusun Truni Desa Candisari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. Cita rasanya manis dan lembut, dijamin bikin ketagihan.


"Kalau misal dioven (dipanggang) itu bisa keluar kaya karamelnya, sejenis kaya madu," kata petani dan pengusaha muda ubi Madusari Windusari, Muhammad Muhaimin.


Selain dipanggang, ubi Madusari juga diolah jadi beragam jenis makanan, seperti grubi, keripik, pencok atau bahan adonan roti. Jika diolah jadi makanan, nilai jual ubi Madusari menjadi lebih tinggi. Olahan ini cocok juga dijadikan oleh-oleh untuk orang kesayangan.


Tidak hanya itu, manisnya ubi Madusari juga sudah sampai Malaysia dan Singapura.


"Sebagian (ekspor) ke Jepang sama Korea sudah masuk, cuma yang paling banter paling banyak konsumsinya itu Singapura," imbuh pria berusia 33 tahun ini.


Ubi yang diekspor masih fresh dari ladang, namun sudah dicuci bersih dan teksturnya mulus.


"Kita kan dari lahan itu ubi teksturnya macam-macam jadi nanti kita sortir kita pilih yang paling super untuk komoditas ekspor, trus untuk grade B nya kita masuk ke swalayan, trus bisa untuk kios juga, yang terakhir baru buat pasar tradisional, biasanya buat olahan atau buat dijual eceran gitu," terangnya.


Ayah dua anak ini menjelaskan kisaran harga ubi Madusari ekspor per kilogram mencapai Rp10.000. Sedangkan yang disetor ke kios harga ubinya Rp6.000 per kg, dan untuk pasar tradisional di kisaran harga Rp3.000.


Petani ubi di Windusari tidak mengenal istilah panen raya, namun mereka bisa panen setiap hari karena sejak awal ubi ditanam tidak bersamaan sehingga panennya pun bergantian. Kondisi ini berpengaruh terhadap ketersediaan stok ubi. 


"Jadi istilahnya kalau di tempat kita ngga ada yang namanya panen raya untuk menjaga kestabilan harga," kata Muhaimin.


Muhaimin menjelaskan, setelah usia 4-5 bulan, ubi sudah siap panen. Bahkan, rata-rata ubi yang masuk ke grade ekspor kebanyakan ubi yang berumur 4 bulan karena bentuknya standar.


"Ngga ada yang gede banget, kecilnya juga ga terlalu banyak. Jadi untuk pengen hasil jualnya lebih tinggi bisa panen di sekitar 4 sampai 4,5 bulan. Jadi keuntungannya setahun bisa panen hampir tiga kali," jelasnya.


"Ubi itu yang bagus di ketinggian 400-600 mdpl itu dari kontur tanahnya juga berpengaruh di kandungan gulanya tadi, terus masa panennya juga standar. Kalau di dataran tinggi misalnya di atas 1.000 mdpl lama masa panennya juga. Kalau di dataran rendah terlalu panas suhunya ngga bisa tumbuh besar," paparnya. 


Dalam menjalankan usahanya, Muhaimin juga memberdayakan masyarakat sekitar. Ada sekitar 25 orang yang membantunya.


"Apalagi selama pandemi ini kan banyak ibu-ibu, banyak tenaga kerja yang kena PHK, istilahnya ngga ada pekerjaan gitu, kita manfaatkan kita kasih lapangan pekerjaan kita bikin bersama untuk kita bikin olahan (ubi)," tandasnya.


Artikel ini sudah tayang sebelumnya dengan judul Ubi Madusari, Oleh-oleh Manis dari Magelang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar