Waspadai Kejahatan Siber, Kelompok Rentan ini Perlu Waspada

Dilihat 933 kali
Literasi Digital

BERITAMAGELANG.ID-Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat tentunya seperti dua sisi mata uang. Bisa berdampak positif, namun juga bisa berdampak negatiif. Yang positif tentu saja banyak, namun yang negatif tak kalah mengkhawatirkan. Seperti kejahatan siber yang belakangan marak. Selain penipuan, juga pemerasan terhadap korban. Modusnya sangat beragam.

Mengantisipasi kejahatan siber yang belakangan makin marak, perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan. Diantaranya adalah dengan sering mengadakan sosialisasi kepada masyarakat khususnya kelompok-kelompok rentan. Kelompok rentan tersebut diantara adalah remaja, orang tua dan tentunya orang dewasa dengan literasi digital rendah. Maraknya kejahatan siber berdampak banyaknya korban berjatuhan.

"Kegiatan sosialisasi tentang literasi digital ini bertujuan untuk membekali kelas 6 yang sebentar lagi lulus dan melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Anak yang memasuki masa remaja biasanya rentan terhadap  sosial media. Karena ingin taunya besar. Jadi kalau tidak dibekali sejak dini khawatir akan terjerumus ke dalam hal-hal negatif di dunia Maya," kata Uswatul Hasanah, Kepala MI Muhammadiyah Madukoro saat melakukan sosialisasi Bijak Bersosial Media di kelas enam MI Muhammadiyah Madukoro, kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang, Sabtu (25/05/2024).

Sementara itu Muhammad Ainur Rofiq, pegiat sosial media dan Trainer Literasi digital Kominfo ketika mengisi sesi Bijak Bersosial Media di kelas enam MI Muhammadiyah Madukoro, mengatakan sosialisasi ini sangat penting dilakukan kepada kelompok rentan, khususnya anak-anak dan remaja salah satunya melalui lembaga Pendidikan.

"Saat ini selain penyebaran berita bohong (hoax) melalui sosial media, yang tak kalah meresahkan adalah kejahatan penipuan dan pemerasan melalui sosial media. Untuk itu kita harus selalu waspada dan paham modus-modusnya. Anak-anak, remaja dan orang tua dengan literasi digital rendah menjadi kelompok yang sangat rentan," ujar anggota Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MPI PDM) Kabupaten Magelang itu dalam kesempatan yang sama.

Kejahatan pemerasan melalui sosial media juga belakangan sangat marak, modusnya beragam. Diantaranya adalah meminta pertemanan kemudian mengajak kenalan dan setelah itu korban dijebak. Ada juga nomor asing tiba-tiba menghubungi dan langsung meminta sejumlah uang dengan dalih pinjaman online dan lain sebagainya. Jika tidak mengirimkan sejumlah uang ke rekening tertentu, pelaku biasanya mengancam akan menyebarkan aib korban.

"Yang belakangan marak adalah pemerasan. Modusnya adalah pelaku secara acak mencari sasaran korban melalaui sosial media, kemudian mengajak kenalan dan meminta panggilan video. Nah, biasanya foto profilnya menarik. Dari sana korban yang lengah akan menuruti saja permintaan pelaku. Setelah itu pelaku akan mengambil tangkapan layar ketika berinteraksi dengan korban. Kalau yang modus seperti ini sasarannya biasanya orang dewasa. Tapi tak menutup kemungkinan remaja juga bisa kena," tambahnya.

Yang tak kalah meresahkan adalah Pinjaman online dan judi online. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) merilis setidaknya ada 2,7 juta warga RI yang terjerat judi online. Sebagian besar korbannya adalah dari kelompok menengah kebawah. Yang lebih miris remaja, pemuda dan  ibu-ibu juga banyak yang menjadi korban. Dilansir dari detik.com, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan Indonesia masuk ke dalam fase darurat judi online. Sepanjang 2023 sampai Maret 2024, akumulasi perputaran uang judi online (judol) di Indonesia tembus Rp 427 triliun.

"Di dunia serba online saat ini kan semua semakin mudah. Informasi apapun sangat gampang kita jumpai berseliweran di sosial media. Termasuk pinjaman online. Mudah sekali memang, tapi perlu diingat. Sekali data pribadi kita masuk. Nah itu, menjadi celah bagi pelaku untuk melancarkan aksinya.

Salah satu Upaya yang bisa kita lakukan agar tidak terjebak ke dalam lingkaran setan itu ya harus selalu waspada. Jangan mudah kepincut iming-iming atau tawaran apapun itu. Dan yang lebih penting jangan mudah memberikan data pribadi kita ke orang lain. Apalagi belum kita kenal," pungkasnya. 

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar