Tembakau Krosok Kian Dilirik Pabrik

Dilihat 71 kali

BERITAMAGELANG.ID - Tembakau sudah sejak lama menjadi tanaman pilihan sebagian masyarakat Kabupaten Magelang. Bukan hanya di dataran tinggi, karena petani di dataran rendah banyak yang membudidayakan tanaman tersebut.


Merujuk data Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, luas tanaman tembakau musim 2025 ini diperkirakan mencapai 3.500 hektare. Lebih luas dibandingkan musim tanam tahun lalu, sekitar 3.250 hektar.


Tapi dalam beberapa tahun belakangan, luasan tanaman tembakau cenderung menyusut. Terutama bagi para petani yang mengolah lahan di dataran rendah. Alasan yang seringkali muncul ke permukaan, selain dipengaruhi oleh cuaca ekstrem, juga akibat masalah harga yang dianggap tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya.


"Sekarang yang masih getol menanam tembakau adalah para petani di dataran atas," kata Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Widiarto Tri Saksono, Senin (13/10).


Dataran tinggi yang dimaksud adalah kawasan lereng Gunung Sumbing untuk wilayah Barat dan kawasan lereng Gunung Merapi serta Merbabu untuk wilayah Timur.


Widiarto juga selalu mengingatkan agar para petani tembakau menerapkan pola tumpangsari dengan hortikultura lain, sebagai antisipasi kerugian dampak cuaca ekstrim.


Dengan pola begitu, petani tidak perlu mengolah ulang tanah yang ditanami tembakau. Karena telah diolah lebih untuk budidaya tanaman hortikuktura seperti kobis, wortel, tomat, sawi atau sayuran lainnya.


Yang menarik, ada perubahan dalam proses pengolahan daun tembakau paska panen. Perubahan ini mulai terasa sejak dua tahun terakhir. Yakni, merajang daun tembakau sudah mulai ditinggalkan.

 

Menyiasati cuaca ekstrem, petani tidak lagi mengandalkan sengatan sinar matahari dalam proses pengeringan daun tembakau hasil panen. Tetapi cukup dengan cara diangin-anginkan di ruang yang terbebas dari percikan air hujan. Bisa di dalam atau luar ruangan.


Cara tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan. Selain cukup praktis dan juga efisien karena tidak membutuhkan banyak tenaga maupun biaya. Kendati dengan konsekuensi, harganya tidak sebagus tembakau rajangan kering.


Pola tersebut telah diterapkan oleh sebagian petani tembakau dataran tinggi belahan timur Kabupaten Magelang. Seperti kawasan lereng Gunung Merapi-Merbabu wilayah Kecamatan Ngablak dan Pakis.


Di antaranya, Jumadi, petani di Desa Kaponan, Kecamatan Pakis; Pujiono (Banyusidi, Pakis). Suhadi, di Desa Munengwarangan (Pakis), selain masih menerapkan pola merajang, juga ikut membuat tembaku krosok.


Menurut Sistiyana, staf Bidang Perkebunan pada Distan Pangan Kabupaten Magelang, proses pembuatan daun tembakau krosok sangat sederhana. Hanya mengandalkan tiupan angin dalam proses pengeringan. 


"Pemicunya adalah karena para petani kesulitan untuk mendapatkan sengatan sinar matahari akibat cuaca ekstrem. Apa lagi suhu udara di dataran tinggi cenderung lembab," tutur dia.


Mengenai cara pembuatan tembakau krosok, bagian pangkal daun ditusuk dengan bilahan bambu. Beberapa lembar daun tembakau dijadikan satu lalu digantung dalam satu tempat yang terlindung dari curah hujan.


Proses pengeringan daun tembakau krosok relatif lama. Berkisar antara 15-20 hari. Karena daerah atas memiliki kelembaban lebih tinggi dibanding dataran rendah.


"Tetapi, yang pasti lebih cepat laku dan masalah kualitas pun relatif tidak perlu diperdebatkan lagi," ujar Romza Ernawan, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang.


Tentu saja hal itu dikarenakan sebagian petani telah menjalin kemitraan dengan pabrikan lokal seperti Merabu atau dengan pabrikan lain seperti PR HS yang diproduksi di wilayah Salam, Kabupaten Magelang.


Tembakau krosok dipilih petani karena juga dilirik kalangan pengusaha pabrik rokok. Selain praktis, juga lebih hemat dalam hal pembiayaan, meski juga berpengaruh terhadap harga jual.


Namun, dari sisi kualitas, tembakau krosok tetap baik. Faktanya, ada satu petani yang menjalin kemitraan dengan pabrikan. 


"Terbukti, yang bersangkutan dipercaya untuk memasok tembakau krosok hingga 40 ton per musim," kata Sistiyana, tanpa menyebut nama petani dimaksud.


Di antaranya, PR HS yang memproduksi rokok kretek di wilayah Magelang. HS merupakan merk rokok kretek yang lagi naik daun di Indonesia. Ada beberapa varian rasa yang dipasarkan seperti HS Original, HS Slim dan HS Click dengan rasa beragam buah-buahan.


Rokok HS juga dikenal sebagai produk legal yang mendukung perekonomian dan mengurangi peredaran rokok ilegal.


"Yang pasti, membuka lapangan kerja dan telah merekrut warga lokal sebagai pekerja hingga ratusan orang, bahkan mungkin ribuan," kata Romza Ernawan. (Tri Atmaji).



Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar