Apabila ditelisik lebih jauh, dinamika seni budaya khususnya di Kabupaten Magelang pada awal sampai penghujung tahun 2023 menunjukkan progres yang signifikan. Masing-masing kantong budaya banyak yang melakukan kegiatan seni budaya baik skala mikro maupun makro. Mulai dari wilayah urban sampai pelosok-pelosok desa, kegiatan yang dikemas dengan nuansa estetika tersebut menjadikan magnet seni budaya di Kabupaten Magelang memiliki daya tarik tersendiri.
Para seniman sudah mulai berbenah, selepas dari musibah pandemi covid-19 yang menyita waktu, tenaga, proses kreatif, dan juga pemikiran. Berbekal dari pengalaman ketika pandemi, para seniman sudah banyak melakukan proses kreatif yang menunjukkan kreasi yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Fenomena tersebut dapat dikatakan, bahwa kreativitas seniman menjadi parameter kualitas dari produk seni budaya yang dihasilkan.
Namun juga perlu disadari, proses kreatif yang dialami oleh para seniman tersebut tidak akan berhasil, tanpa kolaborasi paralel dengan publik yang mengimplementasikan secara berimbang. Publik di sini kapasitasnya bukan hanya sekadar objek, namun menjadi suatu media kolaborasi yang dapat memanfaatkan hasil proses kreatif seniman selaras dengan cakupan wilayah kekaryaannya. Hal ini berarti, di balik proses kreatif sampai mewujudkan hasil nyata, seniman perlu berusaha untuk menangkap keinginan publik, sehingga hasil karyanya dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kemaslahatan bersama (Saini K.M., 2003).
Tiada henti berproses
Pada tahun 2023 ini para seniman di Kabupaten Magelang dan sekitarnya sudah berbenah dan melakukan proses kreatif, sebagaimana yang sudah dilakukan sebelum pandemi. Mereka menggeluti berbagai aspek seni budaya dengan segala pernik-perniknya. Tidak hanya sekadar melakukan pergumulan seputar tenis berkesenian, namun juga pengelolaan manajemen agar seni yang digeluti terus hidup dan juga memberi pencerahan kepada lingkungannya.
Sebut saja, Sanggar Seni Borobudur Art Center dengan sekretariat di Dusun Jligudan, Desa Borobudur, sampai saat ini konsisten mengadakan kegiatan rutin pelatihan seni tari dan karawitan untuk anak-anak dan remaja. Dengan penuh kesabaran, lembaga memberi pengetahuan dan keterampilan berkesenian dalam ranah yang komprehensif dengan target mereka dapat menjadi seniman profesional. Sanggar ini juga sudah sering dikunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Ada yang memang ingin menikmati seni pertunjukan secara langsung, namun banyak juga yang datang hanya untuk belajar seni tari juga karawitan.
Lain halnya, di Dusun Sengi, Desa Ngampel, Dukun, Kabupaten Magelang, lereng Gunung Merapi. Pegiat seni rupa Ismanto sampai saat ini masih terus melakukan proses kreatif yang tidak pernah henti. Di samping berkarya, seniman yang sudah mendunia ini, juga melakukan kerja sosial dengan mendampingi anak-anak dan remaja di desanya melakukan proses kreatif dalam bidang seni rupa, seperti membatik, melukis, membuat kostum kesenian, dan sebagainya. Bahkan tidak jarang, Ismanto, memberikan pendampingan dalam bidang seni teater. Semuanya dilakukan dengan tulus, agar pewarisan seni di desanya terus dapat mengalir sampai generasi berikutnya.
Dari aspek produksi film, Kabupaten Magelang memiliki potensi yang dibanggakan. Rumah Produksi Cakrawala Film di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Mertoyudan, Kabupaten Magelang dengan produser Gepeng Nugroho reputasinya sudah sering muncul di ranah publik. Di rumah produksi ini telah lahir puluhan karya film yang bertemakan edukasi publik dan kearifan lokal.
Di tengah kelesuan industri perfilman, dengan keberaniannya pada tahun 2020 ketika badai Covid-19 melanda Indonesia, rumah produksi ini telah menghasilkan karya film bertajuk Kendang Kriuk yang masuk nominasi festival film KPK. Pasca memperoleh reward dari KPK, rumah produksi ini terus termotivasi untuk memproduksi film-film berikutnya. Sebut saja, film bertajuk Darah Pawang (2022), Panjangka (2023), Mlipir (2023), dan beberapa film lainnya.
Sedangkan dari aspek seni musik, banyak para musikus yang telah mengkreasi aransemen musik yang digeluti menjadi kemasan menarik. Sebagai contoh musikus Gunarso dari Desa Purwosari, Tegalrejo Kabupaten Magelang ini terus melakukan proses kreatif. Selain bertani, Gunarso memanfaatkan momentum berkesenian dengan lebih jeli dalam mengamati selera penonton.
Di samping itu, ketika job-job banyak berkurang ia mengoptimalkan waktu untuk memperbarui koleksi perbendaraan lagu dan memperbaiki kualitas koleksi lagu-lagu yang ada sehingga tidak ketinggalan dalam setiap perkembangan genre musik. Dengan piawainya, Gunarso mengolah dengan mengaplikasikan sistem manajemen sistematis. Manakala banyak job, sebagaian hasilnya disisihkan untuk mengantisipasi secara situasional. Karena disadari dinamika job tersebut sangat fluktuatif, kadang ramai namun ada kalanya juga sepi, sehingga kejelian dalam pengelolaan manajemen perlu diimplementasikan sampai tataran yang paling mendasar.
Beberapa kantong budaya tersebut, hanya sebagai contoh dari ribuan organisasi kesenian yang ada di Kabupaten Magelang. Pada prinsipnya mereka sudah mulai berbenah dan sampai saat ini terus berproses. Tentu saja, para seniman perlu menata ulang strategi manajemen organisasinya dalam memasuki situasi normal pasca pandemi. Mengingat sekarang ini sudah merupakan era digital, kiranya organsasi seni budaya perlu mengikuti era tersebut, namun tidak perlu meninggalkan konsep dan regulasi kearifan lokal yang sudah mengakar secara turun-temurun. Dengan mengaplikasikan sistem digital, berbagai informasi aktual dan juga kebijakan kebudayaan terbaru mudah diakses.
Dokumen Tetap
Dari berbagai kegiatan seni budaya di Kabupaten Magelang, dapat menjadi refleksi bersama, bahwa ikatan solidaritas seniman cukup solid untuk tetap melakukan kegiatan seni budaya. Bahkan pada tahun 2023 ini event besar Festival Lima Gunung dan Ruwat Borobudur tetap berlansung. Dua kegiatan spektakuler yang sudah berlangsung lebih dari dua dasawarsa tersebut, dapat terselenggara karena partisipasi komunitas cukup tinggi. Adapun imbasnya gaung dari kegiatan tersebut sudah merambah secara kosmopolitan atau mendunia.
Kiranya saat ini yang perlu dipikirkan kembali tak lain adalah pengadaan dokumen tetap sebagai branding Kabupaten Magelang di kancah lintas budaya baik level lokal, nasional, maupun internasional. Dokomen tersebut daapt berisi agenda kegiatan seni budaya dalam bentuk buku cetak atau e-book yang mudah diakses masyarakat. Buku tersebut, bukan hanya dalam bentuk informasi kegiatan seperti leaflet, namun konten di dalamnya memuat analisis, kajian kegiatan, sampai tindak lanjutnya. Dalam hal ini pemerintah dibantu dengan berbagai elemen dalam masyarakat dapat memfasilitasi dengan menyelenggarakan workshop sebelum buku diterbitkan, pendanaan dalam percetakan, sampai distribusi ke publik.
Apabila dokumen tersebut sudah terealisasi dan terpublikasikan ke publik tentunya dapat meningkatkan branding Kabupaten Magelang sebagai daerah yang memiliki kepedulian tinggi terhadap bidang seni budaya. Manakala kolaborasi tersebut secara sinergis dapat terbangun, seniman akan semakin termotivasi sebagaimana terbangnya burung rajawali yang kepakan sayapnya semakin tinggi ke udara untuk meraih harapan yang dicita-citakan.
Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang
0 Komentar