BERITAMAGELANG.ID - Selain keberadaan bangunan batu berundak berupa Candi Barobudur yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia, ada pula keterampilan warga membuat kerajinan berupa pahat batu andesit yang dilakukan warga di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Hasil kerajinan pahat batu, dipajang di sepanjang jalan dari perbatasan DI Yogyakarta - Muntilan, menjadi ikon yang dimiliki Kabupaten Magelang.
Keahlian seni ukir atau pahat batu yang menjadi salah satu ikon Kabupaten Magelang, sudah ada sejak berabad-abad lalu, ketika candi-candi bersejarah yang dibangun nenek moyang tersebut, secara turun-temurun diwariskan warga yang kini mempunyai keahlian membuat kerajinan pahat batu secara otodidak.
Seperti keahlian Kudi Rahayu (52) pengrajin patung batu asal Dusun Prumpung Sidoharjo, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
âSaya memahat batu untuk membuat kerajinan patung, belajar secara otodidak, mungkin diwariskan dari nenek moyang yang dulu membuat bangunan candi,â ujarnya saat ditemui, Senin (16/12/2024).
Tradisi membuat kerajinan dengan cara memahat batu andesit yang didapat dari lereng Gunung Merapi, memang sudah dilakukan nenek moyang yang kini turun temurun diwariskan bagi warga di Kecamatan Muntilan dan sekitarnya.
âHampir sebagian besar warga Muntilan membuat kerajinan pahat batu,â lanjut Kudi.
Diketahui, Kabupaten Magelang kaya dengan peninggalan bersejarah berupa bangunan candi. Seperti Candi Borobudur, Mendut, Pawon, Ngawen, Candi Asu, Candi Lumbung dan lainnya. Kecamatan Muntilan tersohor sebagai penghasil pahat batu dengan pengrajin dan pemahat yang handal yang mempunyai cita rasa seni tinggi.
Ratusan jenis seni patung, ornamen dinding, dan relief dengan berbagai bentuk dan berbagai ukuran dipajang di etalase sepanjang jalan mulai dari Kecamatan Salam hingga Muntilan. Selain relief dan patung Buddha, dipajang juga alat-alat dapur seperti cobek.
Menurut Kudi yang mengaku sudah 30 tahun menggeluti seni pahat batu andesit Gunung Merapi itu, sudah ribuan karja seni pahat batu yang dibuat. Seperti patung Juhhud, Dewi Tara, Dewi Sri, kepala Buddha, serta kerajinan yang diukir di potongan-potongan batu yang ditata membentuk dinding relief.
Waktu untuk membuat sebuah patung, tergantung besar kecilnya. Jika ukuran besar, membutuhkan waktu lama, antara satu hingga tiga bulan. Namun kalau dikerjakan ramai-ramai, antara dua hingga tiga orang, bisa lebih cepat.
Seperti membuat patung kerbau ukuran panjang 300 cm dan tinggi 150 cm, membutuhkan waktu tiga bulan baru selesai. Patung kerbau pesanan orang itu, harganya Rp110 juta. Patung Dewi Sri dengan tinggi 260 cm harganya Rp60 juta.
âPembelinya sebagian besar adalah wisatawan asing,â katanya.
Senada dikatakan Dimas Hari Agung (19) yang kini menekuni seni pahat di salah satu perguruan tinggi di Bantul, Yogyakarta, juga mulai belajar membuat ukiran batu, baik dalam bentuk patung maupun relief dinding. Biasanya, relief maupun patung sebelum dipahat, terlebih dahulu digambar atau dilukis, sehingga hasilnya lebih bagus.
âKerajinan pahat batu asal Magelang, banyak diminati oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara karena kualitasnya dengan harga yang relatif lebih murah,â imbuhnya.
Wilayah Kecamatan Muntilan, merupakan sentra kerajinan batu pahat, produk-produk kerajinan batu tentunya lebih murah daripada membeli di tempat lain. Proses pembuatan aneka kerajinan seperti patung-patung kuno, candi-candi, gapura, maesan, maupun aneka peralatan dapur seperti cobek dan munthu.
0 Komentar